Satu Langkah, Seribu Cerita di Desa Bonto Matinggi

Di hamparan pegunungan Maros, tersembunyi sebuah permata alam yang memikat hati setiap orang yang menjejakkan kaki di sana. Desa Wisata Bonto Matinggi, di Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, bukan sekadar destinasi; ia adalah sebuah narasi yang terjalin merdu dari harmoni alam, tradisi yang lestari, dan keramahan penduduk yang hangat. Desa ini menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan perbukitan hijau yang seolah tak berujung, pepohonan rindang yang berayun-ayun ditiup angin, serta aliran sungai yang jernih berkelok-kelok mengikuti irama alam.


Setiap sudut desa ini menyuguhkan berbagai macam cerita. Pagi hari di Bonto Matinggi dimulai dengan kicauan burung dan tiupan angin pagi yang menyejukkan. Para petani mulai bekerja di sawah, sementara anak-anak berlarian riang menuju sekolah. Di kejauhan, kabut tipis menyelimuti puncak bukit, menciptakan suasana yang hampir magis, bagaikan dunia dongeng.


(Hutan Pinus, Dusun Katoang)


Dunia dongeng ini yang menjadi lokasi dilaksanakannya KKN Tematik Universitas Hasanuddin gelombang ke-112 dengan tema Desa Wisata. Sebuah pengabdian yang mengupayakan untuk meningkatkan potensi wisata yang terdapat di sebuah desa. Selama 45 hari dimulai dari Jumat, 5 Juli 2024 Mahasiswa KKN dari Unhas akan mengaplikasikan seluruh pengetahuan yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan untuk menghidupkan potensi wisata Desa Bonto Matinggi, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan.


Penduduk Bonto Matinggi terkenal dengan keramahannya. Mereka menyambut setiap pengunjung dengan senyum tulus yang terlukiskan di wajah dan sapaan hangat ibarat keluarga sendiri. Di sini, mahasiswa KKN tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari kehidupan desa. Mereka diajak untuk ikut serta dalam kegiatan sehari-hari, mulai dari bertani, memanen hasil kebun, hingga mengikuti perlombaan desa yang rutin diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Maros.


Salah satu kegiatan yang menjadi daya tarik dari desa ini adalah melihat proses pembuatan gula merah secara tradisional. Di bawah bimbingan para warga desa yang ahli, Mahasiswa KKN diajak untuk melihat proses dan belajar membuat gula merah dengan proses tradisional. Bahkan, Mahasiswa KKN diberikan kesempatan untuk mencicipi sori sebutan untuk gula merah yang masih cair. Proses ini bukan hanya tentang menciptakan gula merah; ini adalah perjalanan menelusuri warisan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad.


Di malam hari, suasana desa berubah menjadi lebih tenang. Langit malam yang jernih memamerkan ribuan bintang, sementara suara alam menjadi latar musik yang menenangkan jiwa. Duduk di beranda rumah panggung yang terbuat dari kayu, mendengar cerita-cerita lama dari tetua desa dan bercanda gurau bersama, adalah pengalaman yang tak ternilai.


Desa Wisata Bonto Matinggi adalah tempat di mana waktu merupakan paradoks, waktu serasa berhenti saat menikmati keindahan dari buah tangan sang pencipta. Namun, di saat yang bersamaan waktu serasa berlalu begitu cepat, menciptakan ego dalam diri untuk menikmati keindahan alam dalam waktu yang lama. Hal tersebut tercipta dari upaya para warga Desa Bonto Matinggi untuk memungkinkan setiap orang yang datang menikmati setiap detik keindahan dan kedamaian. Lidah tak dapat berbohong untuk berucap di sini, harmoni alam dan tradisi berpadu dengan sempurna, menciptakan pengalaman yang melekat di hati setiap orang.


(Persawahan Dusun damma)

 

Bonto Matinggi tak hanya sebatas destinasi wisata belaka, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang mempertemukan kita dengan keindahan alam dan kearifan lokal yang begitu dalam. Melalui desa ini, kita diajak untuk kembali menyatu dengan alam dan merasakan kedamaian dalam jiwa yang mungkin telah lama kita lupakan.